Kedatangan Belanda Ke Aceh Untuk Pertama Kalinya
Harian Sejarah - Aceh merupakan kota pelabuhan yang strategis karena Aceh memiliki posisi geopolitik yang unik sehingga mampu melahirkan sistem perdagangan dan pemerintahan yang khas Aceh. Selain sistem perdagangan di pelabuhan, terdapat kegiatan ekonomi Aceh yang tidak kalah penting adalah perkebunan terutama di kawasan utara Sumatera, seperti perkebunan lada dan peternakan ulat-ulat sutra.
Untuk mempertahankan asset-aset ekonominya dari pesaing, Aceh membangun angkatan bersenjata Aceh terdiri dari angkatan laut dan angkatan darat yang terdiri dari pasukan gajah, pasukan kuda, pasukan meriam, dan infanteri. Aceh juga menjalin hubungan luar negeri dengan Cina dan Turki. Dari Cina, Aceh mendapat bantuan armada laut yang dikenal dengan “ Armada Cakra Donya”. Armada ini memiliki panjang mencapai 100 meter, diatasnya berdiri 3 tiang besar, meriamnya lebih dari 100 buah dengan sistem navigasi yang nyaris sempurna. Dari Turki, Aceh mendapat bantuan persenjataan diantaranya adalah meriam “Lada Sicupak”.
Menurut Reid ada beberapa alasan mengapa Belanda mengalami kesulitan
menaklukan dan menguasai perdaganagan di sepanjang pantai timur Sumatera yang
dikuasai oleh Aceh. Pertama, ekspansi Belanda sangat bergantung besar laba yang
dihasilkan dari daerah jajahan dan pada yang bersamaan pula Belanda harus
mengahadapi Prancis, Inggris, dan Amerika yang berusaha untuk menguasai asset
ekonomi nusantara. Kedua, Belanda memiliki perjanjian dagang tahun 1824 dengan
Inggris yang menjamin kemerdekaan Aceh dan menjadi politik demarkasi antara
Belanda dan Inggris. Ketiga, Aceh masih mempunyai kekuatan yang terus menerus
berkonsolidasi melawan kekuatan penjajah.
Belanda kemudian mengubah strategi dari cara damai kemudian
akhirnya memutuskan menggunakan kekuatan bersenjata untuk mengusai Aceh.
Belanda mendaratkan 3000 serdadu bersenjata lengkap di Pantai Timur Aceh.
Kedatangan Belanda langsung dihadang pasukan dan rakyat Aceh. Pertempuran
sengit tidak bisa dihindari.
Pertempuran ini merupakan pertempuran terdahsyat
yang dialami Belanda dalam sejarah perangnya2. Belanda mengakui kekuatan Aceh dan mundur ke
Batavia. Belanda menyusun kekuatan yang lebih besar untuk menguasai Aceh dalam
agresi Belanda kedua. Agresi kedua ini benar-benar menyulut rasa nasionalisme
dan keagamaan rakyat Aceh. Para ulama Aceh pada masa itu mengeluarkan fatwa
jihad berperang melawan Belanda.
Semangat nasionalisme dan keagamaan di Aceh muncul di semua
lapisan masyarakat Aceh. Kaum uleebalang dan kaum ulama memandu masyarakat Aceh
termasuk kaum perempuan untuk menyatukan kekuatan serta menyumbangkan hartanya,
tenaga dan pikirannya demi kedaulatan tanah airnya. Seiring banyaknya pejuang
Aceh yang gugur di medan perang, kemudian munculah perempuan-perempuan Aceh
yang gagah berani maju ke medan perang. Diantara nya adalah Cut Nyak Dien, Cut
Nyak Meutia, Teungku Fatinah, Pocut Baren, Pocut Meurah Intan, dan Pocut
Meuligo.
Di situasi sulit pada masa itu justru membentuk perempuan Aceh menjadi
figur yang kuat. Dalam sejarah Aceh dikenal grandes dames ( wanita-wanita agung)
yang memainkan peranan besar dalam politik dan peperangan atau sebagai istri
uleebalang yang berpengaruh.
Para perempuan Aceh telah berhasil dengan cemerlang menggerakkan lini kehidupan masyarakat sehingga Aceh sampai pada pintu gerbang peradaban yang mampu menyandingkan nilai-nilai keislaman dengan kearifan lokal (tradisi dan budaya) secara harmonis. Para perempuan Aceh tidak mengenal segala kompromi, mereka hanya mengenal membunuh atau dibunuh, dan mereka tidak melupakan kodratnya sebagai seorang perempuan.
Para perempuan Aceh telah berhasil dengan cemerlang menggerakkan lini kehidupan masyarakat sehingga Aceh sampai pada pintu gerbang peradaban yang mampu menyandingkan nilai-nilai keislaman dengan kearifan lokal (tradisi dan budaya) secara harmonis. Para perempuan Aceh tidak mengenal segala kompromi, mereka hanya mengenal membunuh atau dibunuh, dan mereka tidak melupakan kodratnya sebagai seorang perempuan.
0 Response to "Kedatangan Belanda Ke Aceh Untuk Pertama Kalinya"
Post a Comment