Pulau Run Maluku yang Lebih Mahal dari Manhattan, New York
Harian Sejarah - Penjelajahan samudera oleh bangsa Eropa diawali oleh
kebutuhan akan komoditi rempah-rempah yang mereka butuhkan di daratan Eropa
yang dingin. Upaya penjelajahan ini berujung pada penjajahan yang sebelumnya
diawali oleh praktik monopoli dagang.
Rempah-rempahlah yang menjadi tujuan dari pelaut-pelaut
tersohor Eropa seperti Christoper Columbus, Marco Polo, Maghellan, Vasco de
Gama untuk berlayar ke timur mencari misteri dari dunia yang tidak pernah
mereka ketahui sebelumnya, selain dari cerita-cerita yang berkembang di Eropa.
Colombus yang mengira telah sampai ke Indies (Nusantara),
tujuan pelayarannya justru malah tersesat hingga ke Amerika yang ia sebut dunia
baru, kemudian menyebut penduduk lokalnya dengan sebutan “Indios” yang kemudian
kita kenal dengan sebutan “Indian.”
Indonesia saat ini merupakan produsen dan eksportir Pala
terkemuka di dunia. Hampir 75% pangsa pasar Pala dunia dan 80% pangsa pasar Uni
Eropa dikuasai oleh Indonesia. Produksi Pala berkembang dan terkonsentrasi di
Sulawesi Utara, Maluku, dan Maluku Utara.
Apakah kita tahu? Bahwa dahulu pada masa VOC ada sebuah
pulau yang di Indonesia yang harganya begitu mahal, sehingga ada sebuah negara
yang rela menukarkan wilayah koloninya di Amerika untuk ditukarkan dengan pulau
kecil di timur Indonesia?
Pulau tersebut adalah Pulah Run yang merupakan salah satu pulau
terkecil di Kepulauan Banda, Indonesia. Pulau ini memiliki panjang 3 Km dan
lebar kurang dari 1 KM. Secara administrative pulau ini termasuk wilayah
Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Selatan.
Pada Abad ke-17, Pala bernilai sangat tinggi. Awalnya, biji
tanaman Myristica fragrans itu
digunakan untuk mengawetkan makanan. Sementara bagi kalangan berpunya,
rempah-rempah tersebut digunakan sebagai bumbu masak yang eksotis.
Hingga akhirnya para dokter di era pemerintahan Elizabeth I
mulai memperkenalkan pala sebagai obat untuk penyakit pes yang pernah mewabah
di Eropa, yang dikenal sebagai Black Death atau maut hitam.
Kala itu, rempah-rempah berasal dari Kepulauan Banda -- yang
terdiri atas 10 pulau vulkanis yang tersebar di Laut Banda. Hampir semua
dikuasai Belanda. Kecuali Run.
Ekspedisi kemudian dilakukan oleh Armada Laut Inggris
menyebrang benua untuk mendapatkan komoditi Pala. Hingga akhirnya pada tahun
1616, Britania Raya menemukan Pulau Run yang kemudian mejadi wilayah jajahannya
di Asia Pasifik.
Raja James I yang mengetahui Pulau Run telah menjadi wilayah
jajahan Inggris begitu bergembira kemudian mengubah gelarnya dengan menambahkan
Run pada salah satu gelarnnya, menjadi 'King of England, Scotland, France,
Ireland and Run'.
Peta Pulau Run abad ke-16. Foto: Wikipedia
|
Pada kurun waktu abad ke-16 sampai 17 M Pulau Run di
Kepulauan Banda, Maliku sempat diperebutkan bangsa-bangsa di Eropa karena nilai
ekonomisnya yang tinggi. Hal tersebut karena Pulau Run merupakan penghasil Pala
yang pada saat itu memiliki nilai tukar lebih berharga dari emas.
Meski sudah jadi 'milik' Inggris, Belanda tak menyerah.
Mereka terus menerus menyerang Run demi mewujudkan niatnya untuk memonopoli
perdagangan pala. Pulau tersebut menjadi salah satu penyebab Perang
Inggris-Belanda Pertama tahun 1652-1654. Dalam upaya menghentikan peperangan,
Belanda dan Inggris pun membuat suatu perjanjian.
Dalam Perjanjian Inggirs-Belanda (Treaty of Breda – 1667),
Belanda rela menukarkan wilayah koloninya Pulau Manhattan (New Amsterdam) di Amerika
(sekarang adalah Kota New York bagian
dari Amerika Serikat) dengan Pulau Run di Kepulauan Banda.
Belanda dapat memonopoli Pala dan merauk untung yang begitu
luar biasa. Namun keuntunngan dari monopoli pala tersebut kian surut saat Inggris
berhasil membudidayakan tanaman pala di wilayah jajahannya yang lain seperti Ceylon
-- kini Sri Lanka -- Grenada, Singapura dan koloni Britania Raya lainnya tahun
1817.
0 Response to "Pulau Run Maluku yang Lebih Mahal dari Manhattan, New York"
Post a Comment