Kebudayaan Batu dan Logam di Indonesia

Museum Purbakala Sangiran, Solo. Foto: Telusur Indonesia

Harian Sejarah - Nenek moyang bangsa Indonesia adalah bangsa melanosoid, proto melayu, dan deutro melayu. Mereka berkembang sedemikian rupa menghasilkan kebudayaan yang berkelanjutan. Kebudayaan mereka tentu saja terpengaruhi oleh proses adaptasi mereka terhadap lingkungan dan cara mereka dalam menerima budaya baru dari luar. 

Inti dari semua itu adalah mereka berusaha mempertahankan eksistensi kehidupan mereka. Melalui beberapa masa, era batu dan kepercayaan mistik hingga muncul istilah perundagian yang mengawali era logam.

Kebudayaan Batu di Nusantara

Zaman Batu Tua (Paleotikum)

Merupakan zaman tertua dalam pembabakan zaman batu. Pada zaman ini merupakan masa permulaan penggunaan batu sebagai bentuk kebudayaan manusia. Hasil kebudayaannyapun masih bersifat kasar dan belum proposional dalam bentuknya. Kehidupan manusianya masih berpindah-pindah (nomaden)

Cara hidup : berburu dan meramu
  • Manusia : Pitchecantropus erectus, homo wajakenesis, solonsis
  • Kebudayaan :
  • Pacitan : kapak genggam ( Chopper), perimbas, Serpih ( Flakes)
  • Ngandong : Chopper, perkakas dan tanduk rusa

Zaman Batu Madya (Mesolitikum)

Pada zaman ini merupakan kebudayaan tangkat lanjut. Hasil kebudayaan mulai mengalami perkembangan karena kehidupan yang mulai berubah. Manusia purba pada zaman ini bukan lagi hidup di pedalaman, melainkan di pesisir pantai. 

Hal ini didukung dengan Kyokomondenger yang merupakan sampah dapur. Sampah dapur ini merupakan sisa-sia kerang dibibir pantai yang merupakan bekas santapan dari manusia purba tersebut.
  • Kebudayaan : Bone Culture, Mata panah bergerigi, Kapak Sumatera, alu, lesung dan pisau batu
  • Berburu dan Meramu lanjutan
  • Hidup di gua
  • Kyokomondenger  dan Abrisousroche
  • Kepercayaan dan penguburan

Zaman Batu Muda (Neolitikum)

Pada zaman ini dikenal dengan revolusi neolit. Hal tersebut karena terjadinya perubahan besar pada kehidupan sosial dan kebudayaan pada kelompok-kelompok manusia purba. Kebudayaan pada masa ini disebut pula zaman batu halus karena hasil budaya yang bentuknya cenderung proposional dan efisien. 

Manusia purba pada zaman ini telah mengenal api untuk memasak, serta tidak lagi berburu, dan cenderung bercocok tanam dan berternak untuk menghasilkan kebutuhan mereka sendiri. Yang terpenting bahwa mereka sudah bermukim dan memiliki sistem sosial di masyarakatnya.

  • Kebudayaan : Kapak lonjong, persegi, bahu, dan gerabah, gelang dan pemukul kulitk ayu
  • Revolusi neolit, yaitu food gathering menjadi producing , dan nomaden menjadi menetap
  • Berocok tanam dan berternak
  • Bahasa melayu polenesia ( austronesia
  • Manusia Pendukung
    • Indonesia Barat : Proto Melayu ( nias, toraja, batak, sasak ) 2000 thyll
    • Indonesia Timur : Melanosoid

Zaman Batu Besar (Megalitikum)

Pada masa ini, tentulah kebudayaan semakin membaik baik dalam bentuk benda-benda untuk mejalani kehidupan dan juga sistem sosial di masyarakat. Paling menonjol dari kehidupan masyarakat pada masa ini adalah sistem kepercayaan yang telah dikenal oleh masyarakat. Hal ini berhubungan dengan hasil kebudayaan yang dibuat untuk pemenuhan kebutuhan rohan dan pemujaan spiritual.
  • Kepercayaan nenek moyang, menetap dan bermasyarakat, beternak dan bercocok tanam dengan baik
  • Kebudayaan :
    • Megalit Tua : Archa, Menhid, Punden Berundak ( Proto Melayu)
    • Megalit Muda : Kubur batu, waruga , dolmen , sarkofagus, dan arca ( Kebudayaan dongsong dan Druto melayu

Keterangan :
  • Kapak Persegi ( Bon Heine Geldren ) : Kapak yang memanjang dengan penampng lintang berbentuk persegi. Tersebar : Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Kalimantan
  • Kapak Lonkong : Kapak yang penampangnya berbetuk lonjong atau bulat telur, yang besar disebut walzenbel dan kecil disebut keinbel. Tersebar Sulawesi, Flores, Papua, dan Maluku
  • Gerabah : wadang untuk menyimpan sesuatu untuk keperluan sesajen atau upacara yang terbut dari kramik tanah liat
  • Menhir : merupakan tugu batu yang tegak, tempat pemujaan terhadap arwah leluhur. Menhir ini banyak ditemukan di Sumatera, Sulawesi Tengah, serta Kalimantan. Di daerah Belubus, Kecamatan Guguk, Kabupaten Limapuluh Koto, Sumatera Barat, terdapat menhir yang tingginya 125 cm, berbentuk seperi gagak pedang, baguan lengungannya menghadap Gunung Sago.(2) Sarkofagus
  • Sarkofagus adalah peti jenazah yang terbuat dari batu bulat (batu tunggal). Sarkofagus ini banyak ditemukan di daerah Bali. Sarkofagus di Bali masih diangap keramat dan magis oleh masyarakat sekitar.
  • Dolmen adalah meja batu tempat meletakkan sesaji yang akan dipersembahkan kepada arwah nenek moyang. Di bawah dolmen ini biasanya ditemukan kuburan batu. atau Peti Batu
  • Kuburan batu adalah peti jenazah yang terbuat dari batu pipih. Kuburan batu ini banyak ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat, dan Nusa Tengggara.
  • Waruga adalah kuburan batu yang berbentuk kubus atau bulat, terbuat dari batu yang utuh. Waruga ini banyak ditemukan di Sulawesi Utara dan Tengah.
  • Punden Berundak-undak adalah bangunan suci tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang dibuat dalam bentuk bertingkat-tingkat atau berundak-udak. Bangunan ini banyak ditemukan di daerah Lebak Si Bedug, Banten Selatan.

Kebudayaan Logam di Nusantara

Sebelum kita membahas mengenai kebudayaan logam di Indonesia yang mengalami pembabakan pada zaman tembaga, perunggu, dan besi. Anda haruslah mengetahui bahwa Indonesia menurut literasi sejarah yang berkembang berdasarkan penelitian sejarah dan arkeologi tidaklah mengalami fase zaman tembaga. 

Hal ini dapat disimpulkan berdasarkan tidak adanya hasil kebudayaan tembaga yang tersebar di Indonesia. Maka dengan berbagai temuan tersebut, Indonesia hanya mengalami dua fase, yaitu zaman perunggu dan besi.

Zaman Perunggu

Pada zaman perunggu manusia telah mendapatkan logam campuran yang lebih keras daripada tembaga. Perunggu merupakan hasil campuran antara tembaga dengan timah
Teknik Pembuatan

Van der Hoop, salah seorang ahli sejarah dan arkeolog berependapat bahwa cara pembuatan barang-barang pada zaman logam masih menggunakan teknik bivall (tangan) dan teknik bivalve tangan pada bagian luar dan lilin pada bagian dalamnya). 

Zaman Besi

Pada zaman besi manusia telah dapat melebur besi dari bijihnya untuk dituang menjadi peralatan sehari-hari. zaman besi merupakan zaman terakhir dari masa praaksara. Oleh karena itu sangat mudah diperkirakan bahwa dengan berakhirnya zaman besi, dimulailah zaman searah Indonesia.

Zaman Tembaga

Pada zaman ini merupakan tahapan awal manusia dalam mengenal logam, tembaga yang ditemukan oleh manusia pada masa akan menjadi tahap perkembangan untuk menghasilkan kebudayaan yang lebih baik. 

Hal itu terjadi pada saat manusia menemukan biji timah yang dicampurkan dengan tembaga untuk menghasilkan perunggu, hal ini menguntungkan karena perunggu merupakan logam yang lebih keras dan dapat dimanfaatkan secara lebih  baik. Zaman Tembaga didefinisikan sebagai masa transisi antara Neolithik dan Zaman Perunggu.

Sebuah situs arkeologi di Eropa tenggara (Serbia) memiliki bukti tertua pembuatan tembaga pada temperatur tinggi, berasal dari 7000 tahun yang lalu. Penemuan ini mengindikasikan suatu kemungkinan bahwa peleburan tembaga mungkin telah ditemukan di berbagai daerah berbeda di Asia dan Eropa pada waktu yang sama dibandingkan berkembang dari satu daerah.

0 Response to "Kebudayaan Batu dan Logam di Indonesia"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel