Tujuh Sosok Ka Kwarnas Gerakan Pramuka Indonesia 1961-2018

Tujuh Sosok Ka Kwarnas Gerakan Pramuka Indonesia 1961-2018

Gerakan Pramuka Indonesia yang resmi didirikan sejak 14 Agustus 1961 merupakan organisasi kepanduan terbesar di Indonesia yang berdiri secara Independen. Sejak pendiriannya sekiranya gerakan pramuka telah berganti kepemimpinan yang berpusat pada Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka.

Berikut nama-nama Tujuh sosok yang pernah berbakti sebagai Ka Kwarnas Gerakan Pramuka dari masa ke masa.


1. Sri Sultan Hamengkubuwono IX masa bakti 1961–1974. 

Gusti Raden Mas Dorodjatun atau dikenal  Sri Sultan Hamengkubuwana IX  lahir di Nyogyakarta Hadiningrat, 12 April 1912 . Ia adalah salah seorang Sultan yang pernah memimpin di Kasultanan Yogyakarta (1940–1988) dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta yang pertama setelah kemerdekaan Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia yang kedua antara tahun 1973–1978. Ia juga dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia, dan pernah menjabat sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.

Sejak usia muda Hamengkubuwana IX telah aktif dalam organisasi pendidikan kepanduan. Menjelang tahun 1960-an, Hamengkubuwana IX telah menjadi Pandu Agung (Pemimpin Kepanduan). Pada tahun 1961, ketika berbagai organisasi kepanduan di Indonesia berusaha disatukan dalam satu wadah, Sri Sultan Hamengkubuwana IX memiliki peran penting di dalamnya. Presiden RI saat itu, Sukarno, berulang kali berkonsutasi dengan Sri Sultan tentang penyatuan organisasi kepanduan, pendirian Gerakan Pramuka, dan pengembangannya.

Pada tanggal 9 Maret 1961, Presiden Sukarno membentuk Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Panitia ini beranggotakan Sri Sultan Hamengkubuwana IX, Prof. Prijono (Menteri P dan K), Dr.A. Azis Saleh (Menteri Pertanian), dan Achmadi (Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa). Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka dan terbitnya Keputusan Presiden RI Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961.

Pada tanggal 14 Agustus 1961, yang kemudian dikenal sebagai Hari Pramuka, selain dilakukan penganugerahan Panji Kepramukaan dan defile, juga dilakukan pelantikan Mapinas (Majelis Pimpinan Nasional), Kwarnas dan Kwarnari Gerakan Pramuka. Sri Sultan Hamengkubuwana IX menjabat sebagai Ketua Kwarnas sekaligus Wakil Ketua I Mapinas (Ketua Mapinas adalah Presiden RI).

Sri Sultan bahkan menjabat sebagai Ketua Kwarnas (Kwartir Nasional) Gerakan Pramuka hingga empat periode berturut-turut, yakni pada masa bakti 1961-1963, 1963-1967, 1967-1970 dan 1970-1974. Sehingga selain menjadi Ketua Kwarnas yang pertama kali, Hamengkubuwana IX pun menjadi Ketua Kwarnas terlama kedua, yang menjabat selama 13 tahun (4 periode) setelah Letjen. Mashudi yang menjabat sebagai Ketua Kwarnas selama 15 tahun (3 periode).

Keberhasilan Sri Sultan Hamengkubuwana IX dalam membangun Gerakan Pramuka dalam masa peralihan dari “kepanduan” ke “kepramukaan”, mendapat pujian bukan saja dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri. Dia bahkan akhirnya mendapatkan Bronze Wolf Award dari World Organization of the Scout Movement (WOSM) pada tahun 1973. Bronze Wolf Award merupakan penghargaan tertinggi dan satu-satunya dari World Organization of the Scout Movement (WOSM) kepada orang-orang yang berjasa besar dalam pengembangan kepramukaan.

Atas jasa tersebutlah, Musyawarah Nasional (Munas) Gerakan Pramuka pada tahun 1988 yang berlangsung di Dili (Ibukota Provinsi Timor Timur, sekarang negara Timor Leste), mengukuhkan Sri Sultan Hamengkubuwana IX sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Pengangkatan ini tertuang dalam Surat Keputusan nomor 10/MUNAS/88 tentang Bapak Pramuka.

2. Letjen. M. Sarbini masa bakti 1974–1978. 
Ketua Kwarnas kedua adalah Letjen. Sarbini. M. Sarbini sebelumnya pernah menjabat sebagai Menteri Pertahanan Indonesia di masa pemerintahan Presiden Soekarno (1966) dan Menteri Transmigrasi dan Koperasi di masa Presiden Soeharto (1968-1973). Beliau terpilih sebagai ketua Kwarnas dalam Munas I Gerakan Pramuka, 20-27 November 1974 di Manado, Sulawesi Utara. Meninggal setahun sebelum masa baktinya sebagai Ketua Kwarnas berakhir.

3. Letjen. Mashudi masa bakti 1978 – 1993. 
Letnan Jenderal TNI (Purn.) Haji Mashudi (lahir di Desa Cibatu, Garut, Jawa Barat, 11 September 1919 – meninggal di Jakarta, 22 Juni 2005 pada umur 85 tahun) adalah mantan Gubernur Jawa Barat dan mantan Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka pada tahun 1978-1993.

Ia pernah menjadi Ketua Majelis Pembimbing Pramuka Jawa Barat sejak tahun 1961. Pada tahun 1974, setelah melepas jabatan sebagai Wakil Ketua MPRS (1967-1972), ia menjadi Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Barat. Pada tahun yang sama, Mashudi dipilih menjadi Wakil Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka.

Di tengah masa baktinya sebagai Wakil Ketua Kwarnas, Mashudi ditunjuk menjadi Pjs Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka menggantikan Sarbini hingga tahun 1978. Dalam Munas Gerakan Pramuka di Bukit Tinggi, Sumatera Barat pada tahun 1978, Mashudi terpilih secara aklamasi menjadi Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka hingga tahun 1993.

4. Letjen. Himawan Soetanto masa bakti 1993–1998.  
Letjen. Himawan Sutanto terpilih menjadi Ketua Kwarnas yang keempat dalam Musyawarah Nasional (Munas) V Gerakan Pramuka pada tanggal 2-8 November 1993 di Jayapura, Papua. Beliau menjabat hanya selama satu periode.

5. Letjen. Rivai Harahap masa bakti 1998–2003.  
Letnan Jenderal TNI (Purn.) Rivai Harahap (lahir di Pematang Siantar, 21 April 1928; umur 88 tahun) merupakan seorang tentara asal Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Indonesia.

6. Prof. Dr. Azrul Azwar, MPH masa bakti 2003–2013.  
Prof. Dr. Azrul Azwar, MPH terpilih menjadi ketua Kwartir Nasional yang keenam dalam Munas VII yang berlangsung pada tanggal 15-19 Desember 2003 di Pontianak, Kalimantan Barat. Pada Munas VIII (15-18 November 2008 di Cibubur, Jakarta), beliau terpilih kembali menduduki dalam masa bakti yang kedua kalinya.

7. Adhyaksa Dault masa bakti 2013–2018. 
Profil dan biodata Kak Adhyaksa Dault, Ketua Kwarnas masa bhakti 2013-2018 yang baru terpilih kemarin dalam Munas Gerakan Pramuka di Kupang, NTT. Hampir semua orang mengenal sosok Kak Adhyaksa Dault. Apalagi sebelumnya, beliau pernah menjabat sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga dalam Kabinet Indonesia Bersatu (2004-2009).

Secara fisik maupun kepribadian, Sang Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka terbaru ini juga mudah dikenali. Postur tubuh dan kumis tebalnya, hingga gaya bicaranya yang tegas dan berapi-api gampang diingat. Namun dalam kepramukaan, apa yang diingat oleh para pramuka se Indonesia? Mungkin Kak Adhyaksa Dault kalah pamor dibanding dengan tokoh-tokoh pramuka lainnya semisal Kak Dede Yusuf (Ka Kwarda Jawa Barat) yang berulang kali masuk tv dengan mengenakan seragam pramuka. Atau dengan para andalan nasional dan pengurus kwartir lainnya yang sering kali muncul di gelaran kegiatan kepramukaan. Dan memang, praktis sebelumnya Kak Adhyaksa Dault belum pernah menduduki jabatan struktural baik di Kwartir Nasional maupun Kwartir Daerah.

Namun perhatian dan kecintaannya terhadap pramuka tidak bisa diragukan. Selain sejak kecil telah aktif menjadi anggota Gerakan Pramuka, keluarnya Undang-undang Gerakan Pramuka tidak lepas dari campur tangan beliau yang saat sebelumnya menjabat sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga. (HK).

0 Response to "Tujuh Sosok Ka Kwarnas Gerakan Pramuka Indonesia 1961-2018"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel