Perang Teluk II, Perselisihan yang Panas Irak dan Kuwait
Tentara Irak menggunakan Tank Tempur T-72M yang digunakan pada Perang Teluk II saat menginvasi Kuwait dan menghadapi pasukan NATO dan Koalisi PBB. Foto: www.navy.mil
Harian Sejarah - Perang Teluk I (1990-1991) atau yang dikenal dengan Gulf War, merupakan peperangan yang melibatkan Irak melawan Kuwait berserta koalisi pasukan PBB dan Nato. Perang tersebu berawal saat pasukan Irak menyerbu Kuwait pada 2 Agustus 1990 dipicu oleh klaim Irak yang menyatakan bahwa negeri tersebut dahulu merupakan salah satu wilayah Irak. Belakangan diketahui bahwa perang itu sebenarnya adalah usaha Irak untuk tidak membayar utangnya kepada Kuwait.
Sehari kemudian pada 3 Agustus 1990, Dewan Keamanan PBB mengultimatum Iraak untuk menghentikan penyerbuannya ke Kuwait. Tanggal 6 Agustus PBB mengambil langkah lebih keras yakni melakukan embargo kepada Irak agar negeri pimpinan Saddam Husein menarik pasukannya dari Kuwait. Irak pun berang, malahan pada 8 Agustus ereka secara resmi menyatakan telah menganeksasi Kuwait dalam kuasanya.
Upaya Irak menguasai Kuwait membuat Arab Saudi buru-buru menghubungi pasukan Amerika Serikat dan NATO untuk melakukan langkah keras menyerbu Irak agar berhenti menguasai Kuwait. Beberapa negara teluk lain seperti Mesir yang lain juga bergabung untuk menghentikan langkah Irak. Operasi Desert Shield merupakan hasilnya, tercatat sebagai ladang tempur pasukan sekutu Amerika Serikat-Arab melawan 300.000 tentara Irak di Kuwait.
Akhir November, tepatnya tanggal 29 merupakan saat pasukan PBB mengancam turun tangan melawan Irak apabila tidak meninggalkan tanah Kuwait hingga 15 Januari 1991. Jumlah pasukan Amerika Serikat-NATO-Arab untuk melawan Irak sudah terkumpul 700.000 personil dan siap menggempur Irak. Saddam Husein masih keras kepala, ia tidak takut dan malah makin berkoar-koar bahwa wilayah Kuwait memang seharusnya milik Irak.
Meskipun tidak ada data resmi mengenai jumlah pasukan Irak di Kuwait, namun beberapa sumber menyatakan bahwa Irak menggelontorkan hingga lebih dari 600.000 tentara. Korban tewas dilansir mencapai 100.000 jiwa di sisi Irak, namun pasukan sekutu hanya kehilangan 300 nyawa di Kuwait.
Gempuran pasukan koalisi melawan Irak dimulai pada 16-17 Januari 1991. Mereka membombardir wilayah Irak dari udara dalam Operasi Desert Storm. Operasi tersebut menyasar sistem komunikasi Irak, bangunan pemerintah, gudang senjata, kilang minyak dan bahkan memutus akses jalan di seluruh Irak.
Pertengahan Februari pasukan sekutu mulai mengalihkan serangan mereka melalui jalur darat di wilayah Irak dan Kuwait. Operasi Desert Sabre kemudian dilancarkan melalui wilayah darat Saudi pada 24 Februari 1991 dan berhasil merebut Kuwait tiga hari berikutnya. Bukan hanya merebut Kuwait, mereka juga berhasil memukul mundur pasukan elit Irak dan menghancurkan gudang senjata. 28 Februari tercatat sebagai hari dimana pasukan Irak secara resmi meninggalkan Kuwait.
Irak terpaksa mengakui kedaulatan Kuwait dalam perjanjian mereka dengan pasukan sekutu serta melucuti semua senjata pemusnah massal dalam jangkauan hingga 150 km. Sanksi ekonomi berupa embargo juga menyiksa rakyat Irak. Pemberontakan yang meluas yang disponsori pasukan Kurdi dan Syiah di wilayah selatan dan dibalas dengan gempuran besar-besaran oleh Saddam Husein. Aksi keras Saddam Husein dibalas dengan pelarangan pasukan udara Irak oleh PBB.
Operasi Desert Fox kemudian dilancarkan sebagai usaha menetralkan pasukan udara Irak. Operasi ini dilaksanakan hingga tahun 2002 hingga akhirnya Amerika Serikat mengusulkan resolusi PBB yang berisi inspeksi senjata besar-besaran milik Irak. Maret 2003 merupakan saat dimana Amerika Serikat dan Inggris mulai menurunkan pasukannya di perbatasan Irak sebagai upayya untuk melengserkan Saddam Husein dari kepemimpinan Irak.
PBB menganggap penurunan pasukan Amerika Serikat dan Inggris di Irak ini sudah berlebihan dan tidak mendukung aksi ini. Saddam Husein tetap tidak gentar dengan perlakuan kedua negara ini hingga Irak digempur habis-habisan selama 48 jam nonstop. Penggempuran ini sebagai penindaklanjutan agar Saddam Husein turun kuasa. 20 Maret 2003 merupakan saat dimana Saddam Husein terpaksa turun dari jabatan kepemimpinan Irak serta menutup kisah Perang Irak.
Harian Sejarah - Perang Teluk I (1990-1991) atau yang dikenal dengan Gulf War, merupakan peperangan yang melibatkan Irak melawan Kuwait berserta koalisi pasukan PBB dan Nato. Perang tersebu berawal saat pasukan Irak menyerbu Kuwait pada 2 Agustus 1990 dipicu oleh klaim Irak yang menyatakan bahwa negeri tersebut dahulu merupakan salah satu wilayah Irak. Belakangan diketahui bahwa perang itu sebenarnya adalah usaha Irak untuk tidak membayar utangnya kepada Kuwait.
Peta Konsep Perang Teluk II. Foto: Wikimedia
|
Upaya Irak menguasai Kuwait membuat Arab Saudi buru-buru menghubungi pasukan Amerika Serikat dan NATO untuk melakukan langkah keras menyerbu Irak agar berhenti menguasai Kuwait. Beberapa negara teluk lain seperti Mesir yang lain juga bergabung untuk menghentikan langkah Irak. Operasi Desert Shield merupakan hasilnya, tercatat sebagai ladang tempur pasukan sekutu Amerika Serikat-Arab melawan 300.000 tentara Irak di Kuwait.
Akhir November, tepatnya tanggal 29 merupakan saat pasukan PBB mengancam turun tangan melawan Irak apabila tidak meninggalkan tanah Kuwait hingga 15 Januari 1991. Jumlah pasukan Amerika Serikat-NATO-Arab untuk melawan Irak sudah terkumpul 700.000 personil dan siap menggempur Irak. Saddam Husein masih keras kepala, ia tidak takut dan malah makin berkoar-koar bahwa wilayah Kuwait memang seharusnya milik Irak.
Meskipun tidak ada data resmi mengenai jumlah pasukan Irak di Kuwait, namun beberapa sumber menyatakan bahwa Irak menggelontorkan hingga lebih dari 600.000 tentara. Korban tewas dilansir mencapai 100.000 jiwa di sisi Irak, namun pasukan sekutu hanya kehilangan 300 nyawa di Kuwait.
Gempuran pasukan koalisi melawan Irak dimulai pada 16-17 Januari 1991. Mereka membombardir wilayah Irak dari udara dalam Operasi Desert Storm. Operasi tersebut menyasar sistem komunikasi Irak, bangunan pemerintah, gudang senjata, kilang minyak dan bahkan memutus akses jalan di seluruh Irak.
Pesawat F-14 AS menghancurkan sumur-sumur minyak Kuwait untuk memukul mundur pasukan Irak. Foto: Britannica.com
|
Irak terpaksa mengakui kedaulatan Kuwait dalam perjanjian mereka dengan pasukan sekutu serta melucuti semua senjata pemusnah massal dalam jangkauan hingga 150 km. Sanksi ekonomi berupa embargo juga menyiksa rakyat Irak. Pemberontakan yang meluas yang disponsori pasukan Kurdi dan Syiah di wilayah selatan dan dibalas dengan gempuran besar-besaran oleh Saddam Husein. Aksi keras Saddam Husein dibalas dengan pelarangan pasukan udara Irak oleh PBB.
Operasi Desert Fox kemudian dilancarkan sebagai usaha menetralkan pasukan udara Irak. Operasi ini dilaksanakan hingga tahun 2002 hingga akhirnya Amerika Serikat mengusulkan resolusi PBB yang berisi inspeksi senjata besar-besaran milik Irak. Maret 2003 merupakan saat dimana Amerika Serikat dan Inggris mulai menurunkan pasukannya di perbatasan Irak sebagai upayya untuk melengserkan Saddam Husein dari kepemimpinan Irak.
PBB menganggap penurunan pasukan Amerika Serikat dan Inggris di Irak ini sudah berlebihan dan tidak mendukung aksi ini. Saddam Husein tetap tidak gentar dengan perlakuan kedua negara ini hingga Irak digempur habis-habisan selama 48 jam nonstop. Penggempuran ini sebagai penindaklanjutan agar Saddam Husein turun kuasa. 20 Maret 2003 merupakan saat dimana Saddam Husein terpaksa turun dari jabatan kepemimpinan Irak serta menutup kisah Perang Irak.
0 Response to "Perang Teluk II, Perselisihan yang Panas Irak dan Kuwait"
Post a Comment