Masyarakat Agraris dan Peradaban Indonesia Masa Lalu
Lukisan Kehidupan Petani di Jawa. Koleksi: KITLV
Harian Sejarah - Peradaban masyarakat agraris tidak terlepas dari faktor bentang alam yang membentuk pola perkembangan dan mentalitas masyarakat. Bentang alam yang dimaksud adalah wilayah pedalaman yang mencakup pegunungan, sungai-sungai, dataran rendah, rawa-rawa, dan danau-danau.
Meskipun demikian, kenyataannya walaupun
Kerajaan Majapahit terletak di pedalaman. Masyarakat dapat memanfaatkan sungai
berantas penghubung pedalaman dengan
pesisir. Hal ini diperuntukan untuk pengiriman pasokan bahan pangan yang
dibutuhkan masyarakat pesisir. Hilir mudik perdagangan antara pesisir dan
daerah pedalaman dimanfaatkan oleh Kerajaan Majapahit untuk mengenakan pajak
untuk setiap perahu dan barang yang melintasi Sungai Berantas.
Harian Sejarah - Peradaban masyarakat agraris tidak terlepas dari faktor bentang alam yang membentuk pola perkembangan dan mentalitas masyarakat. Bentang alam yang dimaksud adalah wilayah pedalaman yang mencakup pegunungan, sungai-sungai, dataran rendah, rawa-rawa, dan danau-danau.
Masyarakat agraris memanfaatkan ekologi alam untuk pemenuhan
kehidupan. Masyarakat yang terletak di kaki gunung berapi memanfaatkan
kesuburan tanah hasil gejala vulkanik dengan mengembangkan pertanian-pertanian
tegalan dan perkebunan. Masyarakat yang terletak di daerah aliran sungai
memanfaatkannya sebagai irigasi untuk mengairi sawah-sawah basah untuk
pertanian padi sebagai pemenuhan kebutuhan pangan.
Pemanfaatan ekologi membuat masyarakat agraris mengenal
beragam komoditi tumbuhan ketimbang masyarakat pesisir yang hanya berperan
sebagai penjual. Umumnya masyarakat agraris memiliki pengetahuan dalam
meramalkan cuaca dan iklim dalam menentukan masa panen. Komoditi-komoditi
seperti cengkeh, kapulaga, kapas, dan gaharu merupakan komoditi yang erat
dengan masyarakat agraris di daerah pedalaman pada masa pra kolonial.
Daerah agraris yang umumnya terletak di daerah pedalaman
dalam persoalan budaya dan ekonomi tidak terlalu dominan mendapatkan pengaruh
budaya luar dan cenderung terisolasi. Letak yang jauh dari daerah pesisir
mengakibatkan terputusnya hubungan dengan Dunia.
Hal ini karena penyerapan dan
akulturasi budaya datang melalui pelabuhan-pelabuhan di pesisir. Perekonomian
masyarakat agraris cenderung hanya berskala lokal karena
masyarakat pedalaman umumnya tidak dapat berdagang secara langsung dikarenakan
fungsi pelabuhan sebagai tempat ekspor dan impor yang dikelola oleh masyarakat
pesisir.
Masyarakat umumnya menjual hasil pertanian kepada masyarakat pesisir
untuk ditukarkan dengan ragam macam barang yang diperoleh dari perdagangan
global.
Masyarakat agraris umumnya memanfaatkan sungai untuk menunjang
macam keperluan. Dalam hal ini kita dapat mengambil contoh Kerajaan Majapahit
yang merupakan kerajaan bercorak agraris yang terletak di tepi Sungai Berantas.
Menurut Nugroho Notosusanto dalam Sejarah
Nasional Indonesia Jilid II (1993), masyarakat Majapahit memanfaatkan
Sungai Berantas untuk mengairi pertanian-pertanian padi mereka, hal ini
didukung dengan pembangunan waduk-waduh dan kanal-kanal yang dibuat oleh
Kerajaan Majapahit.
Sungai Berantas yang menghubungkan Pedalaman dan Pesisir
0 Response to "Masyarakat Agraris dan Peradaban Indonesia Masa Lalu"
Post a Comment